Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
"Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara:
[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
[2] Waktu sehatmu sebelum datang
waktu sakitmu,
[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu."
(HR Al-Mustadrak al-Hakim, Shahih al-Jami' ash-Shaghir al-Albani)
Bukankah waktu yang dilalui para ulama' dengan kita adalah sama yaitu 24 jam sehari...?
Salah satunya karena mereka benar-benar memanfaatkan waktu dan menjadikan hadits di atas salah satu panduan.
Ataukah kita berpikir mereka "hanya" bergelut dengan ilmu dan melupakan dunia..?
Berikut contoh beberapa ulama yang mampu untuk menggabungkan antara mencari ilmu dan pekerjaan duniawi:
✓ Imam Abu Hanifah memiliki sebuah rumah produksi tekstil yang besar dan memiliki karyawan serta pekerja bayaran yang banyak.
✓ Imam Ibnul Mubarak berprofesi sebagai pedagang demikian pula beliau merupakan imam dalam Fiqih dan Hadits.
✓ Imam An-Nawawi membantu orang tuanya yang berjualan di toko kecilnya, namun hal tersebut sama sekali tidaklah menyibukkan beliau dari mempelajari dan menghafal Al-Qur'an.
Dan banyak ulama lainnya.
Dunia diletakan di tangan mereka bukan di hati mereka.
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata :
"Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya dari pada kematian, karena menyia-nyiakan waktu, memutuskanmu dari Allah dan akherat, sedangkan kematian...
memutuskanmu dari dunia dan
penghuninya"
Mari manfaatkan waktu sebaik-baiknya agar tak menyesali umur yang telah lewat tanpa ada ilmu dan amal sebagai bekal akhirat.
@SahabatIlmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar