Jumat, 30 Januari 2015

Ojo Kagetan, Ojo Gumunan, Ojo Dumeh

Saatnya kita menyimak penuturan Ki Lurah Semar kepada ketiga anaknya, tentang sebuah nilai hidup, tentang sebuah ajaran kearifan, tentang ojo kagetan, ojo gumunan dan ojo dumeh.

Ojo kagetan, jangan gampang terkejut. 

Segala kejadian di alam dunia telah tercatat dalam skenario besar Tuhan Yang Maha Pencipta. Tidak mudah terkejut salah satunya dapat dimaknai sebagai sifat tawakkal pada kekuasaan Yang Maha Kuasa. Watak ojo kagetan mendidik kita untuk tidak berbesar kepala menyikapi keberhasilan, dan juga tidak putus asa menghadapi kegagalan. Sisi lain dari nilai ojo kagetan adalah mengimani takdir. Dengan selalu sadar bahwa semua kejadian adalah skenario Tuhan, ojo kagetan mendidik kita untuk tidak latah berandai-andai, "ah… seandainya tadi demikian dan demikian". Tidak gampang menuduh orang lain "ah, ini pasti gara-gara si anu". Tidak gampang mengutuk dan tidak takabur.

Ojo gumunan, jangan mudah takjub. 

Ini adalah sebuah ajaran untuk menyikapi peristiwa hidup dengan bijak, arif, jauh dari prasangka, mengambil sikap yang wajar sesuai dengan proporsinya, dan tidak berlebihan. Dalam dunia yang semakin rumit, banyak tipu daya yang bisa merugikan kita manusia. Sikap ojo gumunan mengingatkan kita untuk eling dan waspada. Banyak hal yang terlihat baik, terlihat manis, namun ternyata acapkali menjerumuskan manusia ke situasi yang bisa menghancurkan martabat. Jangan larut pada hal-hal yang terlihat indah, tetaplah mempertimbangkan kebenaran dan akal sehat.

Nilai kedua dari ojo gumunan adalah ajaran untuk menjauhi watak tamak, serakah dan menuruti hawa nafsu. Sifat-sifat buruk itu salah satunya dipicu oleh mudahnya manusia terhipnotis oleh bujuk rayu dunia. Seseorang yang gampang takjub, akan mudah terangsang pada hal-hal duniawi dan pada akhirnya muncul hasrat untuk memiliki, menguasai alias tamak dan serakah.

Sisi lain yang terpelihara oleh premis ojo gumunan ini adalah agar kita tidak menjadi orang yang gampang kecewa. Orang yang gampang takjub akan mudah terpengaruh, gampang diperdayai, gampang dijerumuskan. Pada akhirnya, ketika kenyataan tak sesuai harapan, orang yang gampang takjub akan merasa kecewa, bahkan bisa membenci sesuatu yang awalnya dikagumi.

Ojo dumeh, jangan mentang-mentang. 

Ini adalah pesan untuk selalu rendah hati, sabar dan mengendalikan diri. Masing-masing kita memiliki status, yang rawan menjebak kita pada situasi untuk merasa istimewa, merasa lebih hebat dari orang. Tak sedikit orang yang merasa berkuasa lalu timbul ambisi untuk memperkaya diri atau memperbudak orang lain. Ada orang yang merasa hebat lalu terbiasa meremehkan dan merendahkan orang lain.

Dunia kita adalah alam yang dinamis. Apapun bisa saja terjadi. Semesta ini adalah semesta yang senantiasa berputar. Sesuatu yang kemarin berada di bawah, hari ini mungkin berada di atas. Dan sebaliknya apa yang kemarin di atas bisa saja besok atau lusa terhampar di bawah. Hari ini boleh jadi terlihat hebat dan berkuasa, besok mungkin saja ia terhinakan oleh karena tindak perbuatannya. Jangan terlalu banyak tertawa ketika senang, jangan gampang mengutuk di kala susah.

Pada sisi lain. Hakikatnya tiada kemustahilan selama manusia berupaya dengan tawakkal dan sungguh-sungguh. Kita tak boleh menyerah pada keterbatasan. Sesuatu terkadang terlihat sulit, hanya karena kita belum mencobanya. Sesuatu terkadang terlihat menarik, padahal banyak tipu daya di belakangnya. Mari kita jalani hidup secara lebih arif, jangan mudah terkejut, jangan mudah takjub dan jangan mentang-mentang.

Sabtu, 17 Januari 2015

Hawa Nafsu: Induk Segala Berhala

Hawa-nafsumu adalah induk segala berhala:
berhala jasmaniah itu bagaikan ular,
sedangkan berhala batiniah itu bagaikan naga.

Hawa nafsu itu bagaikan besi dan batu 
untuk menghasilkan api: 
berhala jasmaniah itu nyala-api, 
yang akan padam jika disiram air.

Tetapi tidaklah mungkin menundukkan 
besi dan batu dengan air. 
Bagaimana insan yang sadar akan
keberadaan hawa-nafsunya pernah merasa aman?

Jika berhala jasmaniah itu bagaikan 
air-hitam di dalam kendi;
hawa-nafsu itu adalah pancuran
yang mengeluarkan air-hitam.

Jika berhala jasmaniah itu seperti aliran air-hitam,
hawa-nafsu penghasil-berhala itu bagaikan mata-air
yang penuh.

Hanya diperlukan sebutir batu untuk memecahkan kendi,
tapi bagaimana dengan pancuran yang terus 
memancarkan air-hitam itu?

Sangat mudah menghancurkan berhala jasmaniah, 
namun menganggap gampang menaklukkan hawa-nafsu,
itu prasangka yang bodoh, bodoh sekali.

Wahai anakku, jika engkau ingin tahu bentuk-bentuk
dari hawa-nafsu, pelajarilah tentang Neraka,
dengan ke tujuh pintunya.

Setiap saat, hawa-nafu mengeluarkan tipu-muslihat;
dalam setiap tipu-muslihat itu tenggelam
seratus Fir'aun bersama bala-tentaranya.

Melesatlah kepada Musa dan Rabb-nya Musa,
jangan sampai kesombonganmu meluap, 
dan menumpahkan air keimanan.

Wahai pencari, genggamlah tuntunan Allah 
dan teladan Mustafa, 
merdekakan dirimu dari Abu Jahal: 
jasmanimu sendiri.

Sumber: Rumi, Matsnavi  I, 772 - 782
               Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson

Rabu, 07 Januari 2015

3 ciri2 orang yg akan mengulurkan tangannya ketika kita jatuh

Kawan, pernahkah mengalami waktu di mana kita malas untuk melakukan apapun? Bahasa kerennya mager alias malas gerak. Libur kerja atau lagi bebas kuliah kerjaannya cuma tiduran, malas mandi, nggak sarapan, tidak tahu mau pakai hari libur itu untuk melakukan apa.  Kadang bukan masalah tak ada uang untuk jalan, atau nggak ada hobi untuk dilakukan, tapi ya memang nggak ada niat untuk do something. Tak ada hal berarti yang kita lakukan.

Hal yang terberat justru ketika kita jatuh dan bingung harus melakukan apa. Ini bukan tentang niat yang hilang jadi malas melakukan sesuatu, tapi ketika kita kehilangan tujuan dan makna. Hal-hal yang berharga dulu telah berubah jadi tak berarti kini. Lalu siapakah yang akan membantu kita bangkit di saat jatuh dan terpuruk? 

Ada satu bagian yang selalu kuingat di buku My Stupid Boss (MSB) tapi lupa yang edisi ke berapa. Hehehe. Momen sang penulis dengan si bos yang biasanya kocak abis dan ngeselin berubah jadi serius dan genting ketika sang penulis kehilangan suaminya. Namun di puncak kesedihan dan kebingungannya, si bos justru justru semakin banyak memberinya tugas dan membuat dia sangat sibuk. Sekilas kok si bos ini seperti nggak punya empati, tapi justru di situlah dia menemukan hikmah. Kebingungan dengan statusnya yang kini single parent, down kehilangan suami sekaligus tulang punggung keluarga, tapi ketika si bosnya ini malah membuatnya sibuk, dia jadi tak punya waktu meratap dan larut dalam kesedihannya.

Aku tersenyum ketika membaca buku itu, seorang penulis yang menjadikan bos di perusahaan dia bekerja sebagai sumber inspirasi buku komedinya. Cerita tentang semua aib, kekonyolan, kelakuan ngeselin dan kocak si bos dia tumpahkan dalam buku. Pembaca tentu bertanya-tanya kenapa sih dia bisa bertahan dengan bos yang super duper ngeselin itu? Dilalah... salah satu alasannya karena ada momen ketika dia jatuh dan terpuruk, si bosnya itu bantu dia untuk bangkit.

Beberapa pekan lalu aku dapat kiriman gambar kalimat motivasi dari seorang teman di whatsapp.

"Berteman jangan hanya dengan yang membuat kita nyaman tapi yang memaksa kita untuk berkembang juga." Begitu kalimat yang tertulis di gambar tersebut. 

Yes.. mungkin redaksinya bisa lain-lain, tapi intinya aku setuju dengan kalimat itu. Teman bukan hanya seseorang yang membuat kita nyaman, namun teman juga memaksa kita untuk berkembang. Bukan badannya yang berkembang yak, itu mah kegemukan namanya. Hehehe.

Kawan, sungguh beruntung jika kita memiliki seorang teman yang berani membuat kita nggak nyaman demi membantu kita bangkit. Boleh jadi kita sebel dan ingin teriak "Arrggghhhhh!" padanya. "Ngapain sih rese ikut campur sama hidup gue?" begitu mungkin perasaan yang ada dalam hati kita.

Kawan, sudahkah kita dikelilingi oleh orang-orang yang akan mengulurkan tangannya ketika kita jatuh?

Akan ada saat-saat menyakitkan dalam hidup kita, Kawan. Ketika kita jatuh, down, terpuruk, hancur, bingung harus melakukan apa, kehilangan tujuan, dan seperti tak ada hal berharga dalam hidup ini. Malah tak jarang, saat jarak kita dengan Allah renggang atau malah kita marah pada Tuhan atas kenyataan yang tak sesuai dengan harapan kita. Hanya orang-orang terdekatlah yang berani mengulurkan tangannya dan menarik tangan kita untuk berdiri dan bangkit.

Lalu apa ciri dari orang-orang yang akan mengulurkan tangannya ketika kita jatuh.

1. Dia berteman dengan penjual minyak wangi.

Whatssss? Apa maksudnya temenan dengan penjual minyak wangi? Sabar dulu, Kawan, pernah dengar dong hadits yang satu?

"Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR. Bukhori & Muslim).

Seseorang itu adalah dia yang mengelilingi dirinya dengan penjual minyak wangi, alias teman-teman baik. Orang yang menghargai persahabatan tentu dia tak kan membiarkan temannya terpuruk dan jatuh. 

2. Dia berani marah, beda pendapat, bertengkar, bersebrangan, demi kebaikan kita

Teman baik bukanlah dia yang selalu setuju atau sependapat dengan pikiran dan perasaan kita, Kawan. Teman baik tak kan diam saja saat kita melakukan dosa atau mendekat dengan maksiat. Minimal banget dia akan marah, ketika dia lebih bijak dan hanif, bisa jadi dia akan melakukan segala cara untuk mengingatkan, menasehati dan membawa kita kembali ke jalan yang lurus. *Eaaaa.

So kalau suatu hari teman kita marah karena kita melakukan kesalahan, hei... dia lah yang akan paling mungkin mengulurkan tangannya ketika kita jatuh. Bukan teman-teman yang setuju saja dengan semua yang kita lakukan.

3. Dia yang berdoa dalam diam, tanpa kita tahu

"Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, "Dan bagimu juga kebaikan yang sama." (HR. Muslim no. 4912)

Orang-orang yang akan mengulurkan tangannya ketika kita jatuh adalah dia yang mendoakan kita dalam diam, Kawan.

Salah satu orang yang tak pernah lepas mendoakan kita adalah Ibu. Tak peduli kita mengakui atau tidak, menyadarinya atau sebaliknya. Itulah kenapa seringkali kita jumpai ibu tak pernah menyerah membantu, menolong, mengupayakan apapun yang dia bisa, untuk membantu anaknya keluar dari keterpurukan.

Selain keluarga dan guru, orang-orang yang akan mengulurkan tangannya ketika kita jatuh adalah teman-teman terbaik, sahabat-sahabat terbaik. Karena seperti kata Kahlil Gibran, sahabat adalah naungan sejuk keteduhan hati dan Api unggun kehangatan jiwa, karena akan dihampiri kala hatiu gersang kelaparan dan dicari saat jiwa mendamba kedamaian

Terus gimana dong caranya punya teman baik? Jadilah salah satunya. ^^