Selasa, 29 September 2015

ISLAM TAPI TIDAK ISLAMI. (Untuk introspeksi)

SYAIKH Muhamad Abduh, Ulama besar dari Mesir pernah geram terhadap dunia Barat yang mengganggap Islam kuno dan terbelakang.

Kepada Renan, filosof Prancis, Abduh dengan lantang menjelaskan bahwa agama Islam itu hebat, cinta ilmu, mendukung kemajuan dan lain sebagainya.

Dengan ringan Renan, yang juga pengamat dunia Timur itu mengatakan :

"Saya tahu persis kehebatan semua nilai Islam dalam Al-Quran.
Tapi tolong tunjukkan satu komunitas Muslim di dunia yang bisa menggambarkan kehebatan ajaran Islam".
Dan Abduh pun terdiam.

Satu abad kemudian beberapa peneliti dari George Washington University ingin membuktikan tantangan Renan.

Mereka menyusun lebih dari seratus nilai-nilai luhur Islam, seperti kejujuran (shiddiq), amanah, keadilan, kebersihan, ketepatan waktu, empati, toleransi, dan sederet ajaran Al-Quran serta akhlaq Rasulullah SAW.

Berbekal sederet indikator yang mereka sebut sebagai 'islamicity index' mereka datang ke lebih dari 200 negara untuk mengukur seberapa islami negara-negara tersebut.

Hasilnya ?

Selandia Baru dinobatkan sebagai negara paling Islami.

Indonesia ?
Harus puas di urutan ke 140.

Nasibnya tak jauh dengan negara-negara Islam lainnya yang kebanyakan bertengger di 'ranking' 100-200.

Apa itu islam ?
Bagaimana sebuah negara atau seseorang dikategorikan islami..?

Kebanyakan ayat dan hadits menjelaskan Islam dengan menunjukkan indikasi-indikasinya, bukan definisi.

Misalnya hadits yang menjelaskan bahwa :
"Seorang Muslim adalah orang yang di sekitarnya selamat dari tangan dan lisannya".
Itu indikator.

Atau hadits yang berbunyi :
"Keutamaan Islam seseorang adalah yang meninggalkan yang tak bermanfaat".
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hormati tetangga, hormati tamu."

"Bicara yang baik atau diam".

Jika kita koleksi sejumlah hadits yang menjelaskan tentang islam dan iman, maka kita akan menemukan ratusan indikator keislaman seseorang yang bisa juga diterapkan pada sebuah kota bahkan negara.

Dengan indikator-indikator di atas tak heran ketika Muhamad Abduh melawat ke Prancis akhirnya dia berkomentar :

"Saya tidak melihat Muslim di sini, tapi merasakan (nilai-nilai) Islam, sebaliknya di Mesir saya melihat begitu banyak Muslim, tapi hampir tak melihat Islam".

Pengalaman serupa dirasakan Professor Afif Muhammad ketika berkesempatan ke Kanada yang merupakan negara paling islami no 5.

Beliau heran melihat penduduk di sana yang tak pernah mengunci pintu rumahnya.
Saat salah seorang penduduk ditanya tentang hal ini, mereka malah balik bertanya : "Mengapa harus dikunci ..?"

Di kesempatan lain, masih di Kanada, seorang pimpinan ormas Islam besar pernah ketinggalan kamera di halte bis.
Setelah beberapa jam kembali ke tempat itu, kamera masih tersimpan dengan posisi yang tak berubah.

Sungguh ironis jika kita bandingkan dengan keadaan di negeri muslim yang sendal jepit saja bisa hilang di rumah Allah yang Maha Melihat.  Padahal jelas-jelas kata "iman" sama akar katanya dengan aman.

Artinya, jika semua penduduk beriman, seharusnya bisa memberi rasa aman.

Penduduk Kanada menemukan rasa aman padahal (mungkin) tanpa iman.  Tetapi kita merasa tidak aman di tengah orang-orang yang (mengaku) beriman.

Seorang teman bercerita, di Jerman, seorang ibu marah kepada seorang Indonesia yang menyebrang saat lampu penyeberangan masih merah.
"Saya mendidik anak saya bertahun-tahun untuk taat aturan, hari ini Anda menghancurkannya.
Anak saya ini melihat Anda melanggar aturan, dan saya khawatir dia akan meniru Anda".

Sangat kontras dengan sebuah video di Youtube yang menayangkan seorang Bapak di Jakarta dengan pakaian jubah dan sorban naik motor tanpa helm.
Ketika ditangkap polisi karena melanggar, si Bapak tersebut malah marah dengan menyebut-nyebut bahwa dirinya Habib.

Mengapa kontradiksi ini terjadi ?

Syaikh Basuni, Ulama Kalimantan, pernah berkirim surat kepada Muhamad Rashid Ridha, Ulama terkemuka dari Mesir. 

Suratnya berisi pertanyaan :
"Limadza taakhara muslimuuna wataqaddama ghairuhum ?"
("Mengapa muslim terbelakang dan umat yang lain maju?")

Surat itu dijawab panjang lebar dan dijadikan satu buku dengan judul yang dikutip dari pertanyaan itu.

Inti dari jawaban Rasyid Ridha, Islam mundur karena meninggalkan ajarannya, sementara Barat maju karena meninggalkan ajarannya.

Umat Islam terbelakang karena meninggalkan ajaran 'iqro' (membaca) dan cinta ilmu.

Tidak aneh dengan situasi seperti itu, Indonesia saat ini menempati urutan ke-111 dalam hal tradisi membaca.

Muslim juga meninggalkan budaya disiplin dan amanah, sehingga tak heran negara-begara Muslim terpuruk di kategori 'low trust society' yang masyarakatnya sulit dipercaya dan sulit mempercayai orang lain alias selalu penuh curiga.

Muslim meninggalkan budaya bersih yang menjadi ajaran Islam, karena itu jangan heran jika kita melihat mobil-mobil mewah di kota-kota besar tiba-tiba melempar sampah ke jalan melalui jendela mobilnya.
Siapa yang salah ?

Mungkin yang salah yang membuat 'survey'...

Seandainya keislaman sebuah negara itu diukur dari jumlah jama'ah hajinya pastilah Indonesia ada di ranking pertama.

Wallahualam

*******
Saudara2ku tercinta, mari kita berbenah... mulai dari diri kita sendiri. Mulai dari sekarang....
😃❤💕

Kamis, 17 September 2015

Istidraj

Surah Az-Zumar, Verse 8:
وَإِذَا مَسَّ الْإِنسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُ مُنِيبًا إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُ نِعْمَةً مِّنْهُ نَسِيَ مَا كَانَ يَدْعُو إِلَيْهِ مِن قَبْلُ وَجَعَلَ لِلَّهِ أَندَادًا لِّيُضِلَّ عَن سَبِيلِهِ قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيلًا إِنَّكَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka".

Kamis, 03 September 2015

Dunia... at last...

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

▬▬► Inna lillahi wa inna ilahi roji'un

Telah meninggal dunia : ...
akan disholati di : ...
akan dimakamkan di : ...
setelah sholat : ...

Pasti hari ini atau esok,
namamu dan namaku
akan mengisi ... di atas.

Maka perbaiki amal dan ibadah kita.
Isi sisa² umur dengan se-baik²-nya.

Kematian
tidak menanti keistiqomahan dirimu.
Istiqomahlah !

Dan tunggulah kematian.
Pergaulilah manusia
dengan lisan, sikap dan akhlak yang mulia.

Drama 90 menit..
Sinetron 60 menit..
Film 130 menit..
Sholat 5 menit!!

Jahannam sepanjang masa..
Sorga sepanjang masa..
Hendaklah akal kita berfungsi!

Teman di WA ratusan orang,
Teman di phonebook ribuan orang,
Tetangga di komplek puluhan orang.

Namun..
Ketika kita susah,
kita di kubur sendiri,
inilah realita hidup.

Ternyata yg bermanfaat
hanyalah sholatmu!

Jila Alquranmu berdebu,
maka menangislah!!

Karena
barangsiapa meninggalkan membaca Alquran
3 hari ber-turut²,
dia telah mengabaikan Alquran..

Jenazah demi jenazah..
kematian demi kematian,

Berita duka
bagaikan kilatan petir..

Si Fulan tertabrak mobil,
yang lain karena sakit,
yang lain lagi jatuh ketika jalan pagi,
yang lain ketika sedang tidur

Semuanya
meninggalkan dunia
di belakang punggung mereka

Kita memakamkannya
di bawah tanah,
Pasti,
akan tiba waktuku & waktumu

Maka
siapkanlah bekal
untuk perjalanan
yg tak akan kembali ini

Jangan menunda taubat,
jangan alasan masih muda,
di pemakaman
tak tertulis di sana "khusus orang tua"

Hidup di dunia ini hanya 3 hari.
▬ Hari kemarin :
sudah kita lalui dan tak kan kembali,
▬ Hari ini :
kita jalani dan tak kan abadi,
▬ Hari esok :
kita tak pernah tau yg terjadi esok, bisa jadi kita sudah mati

Maka maafkan,
relakan dengan tulus,
(Saya), (anda), (mereka)
Pasti mati, pasti pergi

▬► Ya Allah,
kami memohon kepadaMu husnul khotimah,
selamat dengan memasuki SorgaMu & terbebas dr api neraka
Aamiin
@kajianislam